Satu hari dua kejadian

Sebagai keluarga kecil yang tidak memiliki ART ( Asisten Rumah Tangga ) semua hal yang berhubungan dengan kondisi rumah mau tidak mau harus dikerjakan sendiri oleh saya. Walau pun terkadang bapak suami masih mau membantu tapi beliau hanya bersifat sebagai pemain pengganti, jika di saat kondisi saya memang tidak memungkinkan. Dan pekerjaan yang dilakukan cukup yang tidak terlalu membuat lelah, seperti menyapu atau mengepel rumah.

Beliau memang tidak pernah segan untuk membantu karena baginya itu adalah salah satu cara untuk menunjukkan ke putra kecil kami, bahwa tidak ada salahnya untuk seorang pria bertugas membantu meringankan pekerjaan pasangannya. Lagipula bukankah rumah itu untuk tinggal bersama, jadi untuk kebersihan dan kerapian rumah pun menjadi tanggung jawab milik bersama.

Tetapi hari ini ada kejadian yang bikin saya bingung antara mau nangis sama ketawa. Entahlah, saya pun bingung untuk mengekspresikannya. Mungkin nanti jika ada teman yang sudah membaca cerita saya, bisa bantu ikut mengekspresikannya.

Jadi ceritanya seperti ini, waktu sudah  menunjukkan puku 10.30 WIB. Saya merasa sudah waktunya untuk pergi ke dapur, karena ada tugas menanti, tahu lah pasti tugasnya. Iya, masak. Jangan membayangkan saya masak ala-ala chef ya, ini mah cuma gaya masak sederhana dan yang terpenting hasil masakannya tidak berubah. Enak tidak enak nomor dua lah.

Oke, karena masak ditemeni sama si balita pasti ada aja intermezzonya. Dari mulai lagi kupas bawang, azlan minta gendong. Bersih sayuran, azlan mainan air. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Dalam hati saya hanya berdoa semoga hasil masakan saya tidak kelebihan garam biar nanti masih bisa dimakan. Mungkin karena lelah mengganggu mamanya, azlan main sendirian di dalam sampai mamanya selesai masak.

Sebenarnya saya agak curiga kenapa azlan menjadi pendiam di saat detik-detik terakhir saya masak, cuma mau nengok merasa tanggung. Ingin menyelesaikan dulu semuanya. Dan saat saya sudah selesai, masuk ke dalam rumah, saya mendapatkan kejutan luar biasa saudara-saudara. Inilah kejutannya.
Iya, seprei saya digunting menjadi dua. Rasanya hati pengen nangis sejadi-jadinya. Tapi apalah daya, sepertinya ini memang kesalahan saya. Dalam beberapa hari ini, azlan memang lagi suka fase menggunting, dulu tangannya belum bisa menemukan irama yang baik untuk menggunting tapi karena setiap hari berlatih akhirnya sekarang dia sudah terbiasa dengan guntingnya. Saya bangga akan hal itu, setiap progress sekecil apapun pada diri azlan pasti membuat saya bangga. Cuma karena saya tidak mendampingi dia kali ini, inilah konsekuensi yang saya harus terima.

Saat cerita ke teman-teman tentang kondisi ini, mereka hanya tertawa. Dan ada satu pesan bijak dari teman saya "Sudah mba sel, nasi sudah jadi bubur. Lebih baik dibikin bubur ayam spesial aja."  Iya saya tertawa saja, artinya saya harus mikir sprei ini harus diapakan agar tetap ada manfaatnya.

Dan sesuai judul blog ini, artinya ada dua kejadian dalam satu hari ini yang bikin saya merasa terkejut. Kejadian pertama sesuai cerita di atas dan yang kedua cerita di bawah ini.
Setelah tragedi sprei terbelah, saya pun akhirnya makan. Ia saya harus kenyang supaya tidak mudah marah. Niat hati setelah makan mau berleha-leha tapi ada janji mau transfer uang ke suplier, maklumlah sebagai ibu rumah tangga yang merangkap jadi bakulan buku anak import harus selalu tanggap jaya. Biasanya transfer lewat hape aja, tapi karena aplikasi mobilenya rusak jadi harus berkunjung ke minimarket terdekat buat transfer. Seperti biasa, saat saya pergi azlan lah yang jadi bodyguardnya.

Setibanya di minimarket, saya langsung melakukan transfer dan azlan berkeliling sendiri melihat-lihat camilan. Saat transaksi sudah selesai, azlan berusaha merayu saya untuk membeli camilan coklat tapi tidak berhasil rayuannya. Maklum, dompet mamanya tipis di akhir bulan. Saya pun langsung pergi saja ke arah pintu ke luar. Dan ternyata camilan yang azlan pengen, masih dipegang. Saya sampai dilihat sama mas-mas penjaganya. Malu euy..
Mungkin dalam hati masnya "waduh ada anak kecil ngambil camilan, emaknya kagak tahu." Sebenarnya bukan sikap azlannya yang bikin saya malu, tapi pandangan mas-masnya itu. Bikin pengen nutup muka pakai selendang sutra kan jadinya. "Mahal amat sel penutup mukanya? Namanya ngayal mah bebas aja."

Sikap azlan pun tidak saya benarkan, saat keluar dari minimarketnya saya berusaha bicara sebentar sama azlan. Saya bilang sama dia bahwa yang dilakukannya itu salah. Saat mengambil sesuatu, sebelum dibayar tidak boleh dibawa pulang. Dan saya pun juga meminta maaf sama azlan, karena tidak memperhatikan dia saat keluar dan tidak memenuhi keinginannya. Tapi meskipun tidak dipenuhi, tidak boleh juga kan seperti itu.

Serius lah, dua kejadian hari ini cukup membuat saya menahan kesabaran dan semoga saya bisa menjalani sisa hari dengan lebih menyenangkan.

Apakah ada kejadian yang mengejutkan juga di hari ini untukmu teman? Berceritalah selama itu tidak mengganggu kehidupan orang.

Komentar

  1. Menjadi bunda memanglah luar biasa ya.
    Gemes lihat azlan bunda, hidup jadi lebih-lebih berwarna lagi. Semangat bunda... ^_^

    BalasHapus
  2. Azlan pakai kapital di depan kan ya.... hihiii... emang begitulah emak2, banyak tanggung jawabnya... terutama mendidik anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mba..harusnya pakai kapital. Terima kasih untuk masukannya

      Hapus
  3. Ikut senyum-senyum sendiri, ingat anak juga sering seperti itu....:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pusing kepala karena rumah

Breathy si tetes hidung yang menjadi solusi

Mengenal ekspresi wajah lewat gambar