Bersama untuk mereka

Terkejut dan menangis ketika saya mendengar sebuah berita, yang bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya. Bagaimana tidak? Terdengar kabar bahwa di daerah perumahan yang tidak begitu jauh dari rumah, ada murid sekolah menengah pertama yang ketahuan sedang melakukan adegan dewasa. Bukan hanya satu pasang melainkan beberapa orang yang terangkap.

Entah apa yang ada di pikiran mereka sehingga mereka berani melakukan hal tersebut. Saya pun sebenarnya tidak berani menjustifikasi anak-anak tersebut, karena sesungguhnya di usia belia seperti mereka pastilah belum memikirkan sesuatu dengan logika melainkan hanya berdasarkan rasa ingin tahu dan coba-coba. Dan diinfokan juga, bahwa salah satu siswi smp tersebut sudah terbiasa menjajakan dirinya dari kelas 6 sd dan terbiasa menonton film dewasa. Astagfirullah..

Mungkin sebagian orang bertanya? Kemana kah orang tuanya? Sosok yang bertugas sebagai penjaga dari setiap anak-anak mereka. Ya, dikabarkan sang anak hanya tinggal dengan ibu sambung dan berada dalam kondisi ekonomi yang tidak begitu baik. Serta kurangnya kasih sayang yang ia dapatkan pun menjadi latar belakang terjadinya hal tersebut.

Sebenarnya, di dalam tulisan ini, saya tidak ingin membuka aib. Namun saat mendengar berita tersebut, pikiran saya jauh melambung kepada anak saya. Hal apakah yang sudah saya lakukan sebagai orang tua untuk mendidiknya? Sudahkah saya menjadi pribadi yang baik untuk bisa jadi contoh untuk dirinya? Serta sudahkah ia merasa cukup dengan kasih sayang yang kami berikan sehingga tidak akan mencari dari sosok di luar sana.

Ternyata benar saja, saya pernah mendengar bahwa butuh sekampung untuk mendidik satu anak. Karena kondisi perilaku seorang anak sangat ditentukan oleh keadaan lingkungannya, terutama lingkungan di dalam rumah. Saat ini mungkin saya belum bisa berbuat banyak untuk anak-anak di luar sana, tapi saya berusaha untuk menjaga anak yang sudah diamanahkan kepada saya. Dan berusaha untuk menjadikannya sosok pribadi yang baik budi pekertinya. Meskipun saya tidak tahu akan berhasil atau tidak, tapi saya akan tetap berusaha untuk melakukannya.

Perjuangan ini memang terasa melelahkan jika dilakukan sendirian, namun terasa ringan jika dilakukan secara bersamaan. Marilah kita menggandeng tangan, untuk bisa selalu menjaga semua anak yang ada di sekitar kita. Karena terkadang, masa depan mereka bukan hanya merekalah penentunya. Tapi siapa sajakah orang yang berada di sekitar mereka. 😢

#onedayonepost
#odopbatch5

Komentar

  1. Astaghfirullaah.... miris mba.
    Saya juga sudah punya abg dan selalu was2, berserah dan mohon penjagaanNya. Berusaha menjauhi hal yg buruk agar tidak menjelma pada anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba..meskipun anak saya laki-laki dan masih berusia balita. Tapi saya merasa bahwa tugas saya semakin berat. Berusaha menguatkan pondasi di dalam rumah agar saat keluar setidaknya sudah ada pagar. Dan setelah berusaha tinggal berserah kepadaNya

      Hapus
  2. Sungguh, dunia saat ini telah mengalami krisis moral, pengaruh negatif lebih mudah masuk. Hanya bisa berdoa, semoga saja semua pihak yang terlibat dalam pendidikan moral anak-anak dapat bersatu menciptakan kembali jiwa positif bagi mereka generasi bangsa. #beratikibahasane #maaf

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita sama-sama berdoa dan berusaha ya mba. Insha Allah klo misalnya kita berusaha bersikap baik di dalam lingkungan sekitar, paling tidak masih ada lingkungan yang nyaman untuk anak-anak di sekitar kita.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Selama ini saya percaya kalau si anak mendapat cukup kasih sayang dan perhatian dari keluarga maka dapat mencegah pengaruh negatif dari luar. Ngomongin soal peran lingkungan, jadi mikir-mikir lagi nih...jangan sampai ngelepas si kecil di lingkungan yang salah 😕

    BalasHapus
  5. Ya Allah miris sekali mbak 😧

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat mba..dan kejadian ini bukan hanya isapan jempol belaka tetapi memang fakta adanya 😢

      Hapus
  6. Kok jadi ikut sedih ya saya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo...kita bergerak bersama agar tidak ada anak lagi yang mengalami seperti mereka

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-gara lupa akhirnya jadi merana

Obrolan singkat di malam hari

Dulu dan sekarang